Senin, 15 November 2010

Tugas Artikel Nabi Muhammad dan Terjemahannya

Life of the Prophet Muhammad


Early Life of the Prophet

Muhammad (whose name means "highly praised") was born in Mecca in 570 AD. His father died shortly before his birth, and he lost his mother at the age of six. The young orphan was then raised primarily by his uncle, for whom he worked as a shepherd. At age 9 (some sources say 12), he joined his uncle on a caravan to Syria.
As a young man, Muhammad worked as a camel driver between Syria and Arabia. Soon he established a career managing caravans on behalf of merchants. Through his travel first with his uncle and later in his career, Muhammad came into contact with people of many nationalities and faiths, including Jews, Christians and pagans.
At age 25, Muhammad was employed by Khadija, a wealthy Meccan widow 15 years his senior. The two were married, and by all accounts enjoyed a loving and happy marriage. Early records report that "God comforted him through her, for she made his burden light." Although polygamy was common practice at the time, Muhammad took no other wife than Khadija until her death 24 years later.
Divine Revelation

In his late 30s Muhammad took to regularly visiting a cave in Mount Hira, on the outskirts of Mecca, to seek solitude and contemplation. In 610, at the age of 40, Muhammad returned from one such visit telling his wife he had either gone mad or become a prophet, for he had been visited by an angel. The initially startled Khadija became his first convert.
Muhammad reported that while in a trance-like state, the Angel Gabriel appeared to him and said "Proclaim!" But like Moses, Muhammed was a reluctant prophet. He replied, "I am not a proclaimer." The angel persisted, and the Prophet repeatedly resisted, until the angel finally overwhelmed Muhammad and commanded him:
Proclaim in the name of your Lord who created!
Created man from a clot of blood.
Proclaim: Your Lord is the Most Generous,
Who teaches by the pen;
Teaches man what he knew not. (Qur'an 96:1-3)
After receiving Khadija's support, and additional angelic visits, Muhammad became confident he had indeed been chosen as the messenger of God and began to proclaim as he had been commanded.
Muhammad's message to his countrymen was to convert from pagan polytheism, immorality and materialism, repent from evil and worship Allah, the only true God. He was always careful to clarify his role in God's work - he was only a prophet. He was not an angel, he did not know the mind of God, he did not work miracles. He simply preached what he had received.
In the first three years of his ministry, Muhammad gained only 40 followers. And as his teachings threatened the Meccan way of life, both moral and economic, he and his followers experienced heavy persecution. It first took the form of mockery, but soon turned into open violence. Members of the small movement were stoned, covered in dirt as they prayed, beat with sticks, thrown into prison and refused service by merchants.
Hijira

Persecution continued to increase until Muhammad received some welcome news: he had gained followers in the city of Yathrib, 280 miles north of Mecca. The city was in need of a strong leader, and a delegation from Yathrib proposed that Muhammad take the job. In return, they pledged to worship Allah only, obey Muhammad and defend him and his followers to the death. Allah revealed to Muhammed his approval of this arrangement, and Muhammad made plans to escape to Yathrib.
The leaders in Mecca heard of the planned escape, and attempted to prevent it. But Muhammad and his close friend Abu Bakr managed to make a narrow escape north out of the city, evading a Meccan search party and arriving safely in Yathrib. This event is celebrated by Muslims as the Hijira. The year in which it occurred, 622, is the date at which the Muslim calendar begins. Yathrib was renamed Medinat al-Nabi, "the City of the Prophet," and is now known simply as Medina, "the City."
In Medina, Muhammad proved himself an able politician and statesman as well as a prophet.
Exercising superb statecraft, he welded the five heterogenous and conflicting tribes of the city, three of which were Jewish, into an orderly confederation.... His reputation spread and people began to flock from every part of Arabia to see the man who had wrought this 'miracle.' (Smith, 230).
Battle for Mecca

After establishing himself in Medina and accomplishing the job he had been invited to do, the people of Medina began several years of battle with Muhammad's former home city. In 624, the Muslims won their first battle against the Meccans. As the latter had a much larger army, the former took the victory as a sign that God was on their side. However, a subsequent battle was not victorious, and Muhammad himself was wounded. But in 627, the Meccans attacked Medina, and Medina came out on top. The Prophet was not to lose again.
In 630, Muhammad and his forces marched to Mecca and defeated it. The Prophet rededicated the Ka'ba temple to Allah, witnessed the conversion to Islam of nearly the entire Meccan population, then returned to Medina. Muhammad died in 632, having conquered nearly all of Arabia for Islam.
Spread of Islam

By 634, Islam had taken over the entire Arabian peninsula. Within 100 years of Muhammad's death, it had reached the Atlantic in one direction and borders of China in the other. This success was due in large part to the military and political abilities of Muhammad's successors, the caliphs.

(source:   http://www.religionfacts.com/islam/history/prophet.htm)


Kehidupan Nabi Muhammad


Awal mula kehidupan Nabi

Muhammad (yang namanya berarti “sangat terpuji”) lahir di Mekkah pada tahun 570 M. Ayahnya meninggal sesaat sebelum kelahirannya, dan dia telah kehilangan ibunya saat berusia enam tahun. Anak yatim piatu ini kemudian diasuh oleh pamannya, untuk bekerja sebagai gembala. Pada usia 9 tahun (beberapa sumber mengatakan 12 tahun), dia ikut pamannya di sebuah kafilah menuju Siria.

Sebagai seorang pemuda, Muhammad bekerja sebagai kusir unta antara Siria dan Arab. Segera dia meniti karirnya sebagai pedagang. Melalui perjalanannya yang pertama dengan pamannya dan kemudian dalam karirnya, Muhammad berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai negara dan agama, termasuk orang-orang Yahudi, Kristen, dan Pagan.

Di usia yang ke 25, Muhammad dipekerjakan oleh Khadijah, seorang janda kaya dari Mekkah yang lebih tua 15 tahun dari Muhammad. Mereka berdua menikah, dan mereka menikmati pernikahan yang penuh kasih sayang dan bahagia. Di awal catatan dikatakan bahwa “Tuhan menghibur Muhammad melalui Khadijah, supaya Khadijah membuat beban Muhammad menjadi ringan.” Walaupun poligami hal yang umum pada saat itu, Muhammad tidak menjadikan orang lain sebagai istri selain Khadijah sampai kematian Khadijah 24 tahun kemudian. 

Wahyu Allah

Di usia 30-an, Muhammad secara teratur pergi ke sebuah gua di gunung Hira, di daerah pinggiran Mekkah, untuk mencari kesunyian dan perenungan. Tahun 610 M, saat usianya 40 tahun, muhammad kembali dari kujungannya tersebut dan memberitahu istrinya bahwa apakah ia telah gila atau menjadi seorang nabi karena ia telah dikunjungi oleh seorang malaikat. tadinya khodijah terkejut tapi kemudian ia jadi orang pertama yang percaya.

Muhammad mengatakan bahwa ketika ia dalam keadaan tidak sadar muncullah malaikat jibril dihadapannya dan berkata "bacalah!" Tapi seperti Musa, Muhammad adalah nabi yang disegani. Dia menjawab, "Saya tidak bisa membaca." Malaikat itu terus memaksa, dan berulang kali juga Nabi menolak, sampai akhirnya malaikat kewalahan terhadap Muhammad dan memerintahkannya:

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan!
Menciptakan manusia dari segumpal darah
Katakanlah: bahwa Tuhanmu Maha Pemurah
Yang mengajar dengan tinta
Yang mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al ALaq:1-5)

Setelah mendapatkan dorongan dari Khadijah, dan tambahan kunjungan malaikat, Muhammad menjadi percaya bahwa ia sungguh telah terpilih sebagai Rasul Allah dan memulai untuk memproklamirkan seperti yang telah diperintahkan kepadanya.

Pesan Muhammad kepada rakyatnya adalah untuk masuk ke ajaran Muhammad dari ajaran politheisme pagan, pelanggaran seks dan sifat materialisme, bertobat atas perilaku buruk dan menyembah Allah, Tuhan yang Maha Esa. Dia selalu berhati-hati dalam menjelaskan perannya dalam menjalankan perintah Tuhan – dia hanya seorang nabi. Dia bukan seorang malaikat, dia tidak mengetahui pikiran Tuhan, dia tidak membuat mukjizat. Dia hanya sekedar menyampaikan apa yang dia terima.

Dalam tiga tahun pertama di masa kenabiannya, Muhammad hanya memperoleh 40 pengikut. Dan karena ajarannya mengancam kehidupan orang-orang Mekkah, baik dalam segi moral dan ekonomi, dia dan para pengikutnya mengalami penganiayaan berat. Bentuk penganiayaan pertama berupa ejekan, tapi lama-kelamaan menjadi kekerasan. Muhammad dan pengikutnya yang jumlahnya kecil itu dilempari batu, dilumuri kotoran ketika melaksanakan solat, dipukuli dengan tongkat, dijebloskan kedalam penjara dan tidak dilayani oleh para pedagang.

Hijrah

Penganiayaan terus meningkat sampai Muhammad menerima beberapa berita sambutan: dia telah memperoleh pengikut di kota Yastrib, 280 mil disebelah utara Mekkah. Kota itu sedang membutuhkan pemimpin yang kuat, dan delegasi dari Yastrib mengusulkan Muhammad yang menerima posisi tersebut. Sebagai imbalannya, mereka berjanji untuk menyembah Allah saja, mematuhi perintah Muhammad dan membelanya serta para pengikutnya sampai mati. Allah menurunkan wahyu tentang persetujuan-Nya kepada Muhammad dalam penetapan itu, dan Muhammad membuat rencana untuk meloloskan diri ke Yastrib.

Para pemimpin Mekkah mengetahui rencana pelarian itu, dan berusaha untuk mencegahnya. Akan tetapi Muhammad dan sahabat dekatnya Abu Bakar mengatur pelarian ke utara dari kota itu, menghindar dari pencarian penduduk Mekkah dan tiba di Yastrib dengan selamat.


Di Madinah, Muhammad menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang politikus handal dan negarawan yang sama baiknya dengan perannya menjalankan tugas sebagai nabi.

Olah keahlian berpolitik yang luar biasa, dia menyatukan lima kota yang berbeda-beda suku bangsa, tiga diantaranya adalah Yahudi, menjadi sebuah konfederasi yang tertib… Reputasinya menyebar dan orang-orang mulai berkumpul dari seluruh belahan Arab untuk menyaksikan seorang manusia yang telah membuat ‘keajaiban’ ini. (Smith. 230).

Pertempuran Demi Mekkah

Setelah menetapkan dirinya di Madinah dan menyelesaikan tugas yang diterimanya, penduduk Madinah dalam beberapa tahun memulai pertarungan dengan mantan kampung Nabi Muhammad. Pada tahun 624 M, orang-orang muslim memenangkan pertarungan pertamanya melawan orang-orang Mekkah. Seperti yang terakhir memiliki pasukan yang lebih besar, yang pertama meraih kemenangan sebagai pertanda bahwa Allah berada di pihak mereka. Namun di pertempuran berikutnya tidak menang, dan Muhammad sendiri terluka. Lalu pada tahun 627 M, orang-orang Mekkah menyerang Madinah, dan Madinah kembali menang. Dan Sang Nabi tidak kalah lagi.

Pada tahun 630 M, Muhammad dan pasukannya bergerak menuju Mekkah dan menaklukkannya. Sang Nabi mempersembahkan kembali Ka’bah kepada Allah, menyaksikan hampir seluruh penduduk Mekkah masuk Islam, kemudian kembali ke Madinah. Muhammad wafat pada tahun 632 M, setelah menaklukkan hampir seluruh Arab dalam menyebarkan Islam. 

Penyebaran Islam

Pada 634 M, Islam telah menguasai seluruh jazirah Arab. Dalam 100 tahun setelah kematian Muhammad, Islam telah mencapai Atlantik dalam satu arah dan perbatasan China salah satunya. Kesuksesan ini dikarenakan oleh besarnya peranan kemampuan dari para pengganti Muhammad dalam bidang militer dan politik, yaitu para khalifah.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar